Panjat Aur Terbalik (Panjat Bambu Terbalik) Tradisi Yang Terus Diwarisi Oleh Suku Dayak Bidayuh
Panjat Bambu Terbalik atau dalam bahasa Dayak Bidayuhnya Panjat Aur Terbalik merupakan kegiatan memanjat seperti panjat pinang pada setiap kegiatan HUT RI yang biasanya dilaksanakan untuk memeriahkan perayaan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia. Tetapi agak sedikit berbeda dengan Panjat Aur Terbalik media yang dilakukan untuk memanjat adalah bambu besar biasanya di sebut Bambu Aur yang ukurannya lebih besar dari pada bambu-bambu biasanya. Apalagi dalam kegiatan ini bambu yang digunakan adalah bambu yang tua dan kokoh, kemudian cara memanjatnya juga tentunya berbeda, bila panjat pinang posisi tubuh kita menghadap ke atas sementara memanjat Aur Terbalik ini cara memanjatnya kepala dibawah dan bagian kaki yang berada di posisi atas secara terbalik sampai pada puncak.
Baca Juga : Singkawang Culinary Charity Concert Memajukan UMKM di Kota Singkawang
Kegiatan panjat aur terbalik ini merupakan sebuah persambahan yang selalu dilaksanakan pada Festival Nyobeng oleh masyarakat Suku Dayak Bidayuh, di Kampung Sebujit, Desa Hli Buei, Kecamatan Siding, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat pada tanggal 14-16 Juni setiap tahunnya.
Bila kita menelik pada masa lalu kegiatan Panjat Aur atau Panjat Bambu ini merupakan sebuah serangkaian dari ucapan syukur atas kemenangan perang yang kemudian pada atas bambu digantunglah beberapa benda pusaka yang dimiliki oleh musuh yang telah terbunuh. Berbeda dengan sekarang ini, panjat aur terbalik kini sebuah kegiatan hiburan yang pastinya menarik juga unik yang dilakukan oleh masyarakat Suku Dayak Bidayuh dan sajiannya bukan lagi benda pusaka melainkan beberapa makanan ringan dan beberapa hasil pertanian masyarakat lainnya.
Pada zaman dulu Panjat Aur atau Panjat Bambu selain sebagai ucapan syukur atas kemenangan dalam peperangan, bagi siapa yang dapat memanjat bambu ini secara terbalik dan dapat sampai ke atas puncak mereka dapat melakukan setiap perayaan adat yang dilakukan oleh masyarakat Suku Dayak Bidayuh.
Tetapi pada dasarnya kegiatan ini dilakukan oleh seorang dukun pada saat proses pengobatan terhdap orang sakit. Kemudian dukun itu sendiri harus melakukan ritual memanjat pohon dengan posisi terbalik yang tujuannya adalah untuk mengambil obat-obatan baik pada beberapa pohon ataupun tumbuhan menjalar yang dijadikan obat oleh dukun tersebut, untuk menyembuhkan orang sakit.
Perlu kamu ketahui juga, biasanya sebelum memanjat tiang bambu ketua adat melakukan ritual terlebih dahulu yaitu membacakan mantra, kemudian beberapa perserta di perciki oleh air dengan daun Anjuang. Setelah peserta panjat aur ini di percik kemudian peserta mengelilingi tiang bambu sambil menari tarian yang di berinama Simaniamas.
Sampai dengan saat ini kegiatan Panjat Aur Terbalik atau Panjat Bambu Terbalik ini untuk mengekpresikan rasa syukur pada kegiatan ritual adat dan menjadikan kegiatan ini adalah sebuah hiburan ataupun sebuah permainan tradisional ketika pada saat gawai, acara Nyobeng dan ritual adat lainnya.
Menurut mu bagaimana kegiatan panjat aur terbalik atau panjat bambu terbalik ini dan kampu pasti penasaran bukan? seperti apa cara memanjat aur ini yuk datang ke Kabupaten Bengkayang untuk menyaksikan kegiatan ini. Semoga dengan artikel tentang informasi Panjat Aur Terbalik ini kita semakin mendapatkan informasi yang lebih banyak dan lebih banyak lagi wisatawan berkunjung datang ke Kabupaten Bengkayang. Akhir kata penulis ucapakan selamat membaca dan sukses selalu.
0 Response to "Panjat Aur Terbalik (Panjat Bambu Terbalik) Tradisi Yang Terus Diwarisi Oleh Suku Dayak Bidayuh"
Post a Comment